Selasa, 02 November 2010

Indonesia Pasar Sepeda Motor Terbesar Ketiga di Dunia


Rabu, 3 November 2010 | 11:54 WIB
BUDITYAS B. BASUKI
Ketua AISI Gunadi (kiri) memberi sambutan. Bersama anggota AISI menanam pohon sebagai tanda kepedulian akan lingkungan
JAKARTA, - Indonesia menjadi pasar sepeda motor terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Demikian dikatakan Ketua Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata dalam sambutannya saat pembukaan JMS 2010. Ia menekankan kembali soal dampak yang disebabkan oleh semakin meningkatnya populasi sepeda motor di Tanah Air.

"Volume penjualan sepeda motor tahun ini diprediksikan mencapai 7,2 hingga 7,3 juta unit. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pasar sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, setelah China dan India, dengan 80 persen di antaranya merupakan produk lokal. Dengan peningkatan antara 12,5 hingga 15 persen tiap tahun, sebelum tahun 2014, penjualan sepeda motor di sini diprediksi telah dapat mencapai 10 juta unit," ucap Gunadi.

Dampak pertumbuhan inilah, lanjutnya yang harus diantisipasi, terutama dalam hal polusi dan keselamatan berlalu lintas. Ini menjadi pekerjaan rumah bagi para anggota AISI untuk terus menghasilkan produk yang aman dan rendah dampak lingkungannya.

Karena itulah, tema JMS 2010 kali ini, "Safety Riding & Eco Friendly" dengan berbagai aktivitas yang dilakukan di acara pameran, diharapkan dapat turut mendorong kesadaran berkendara agar lebih disiplin berlalu-lintas. "Pengunjung antara lain dapat mengikuti safety riding course di pameran ini," tambahnya.

Berkenaan soal keramahan lingkungan, Gunadi menyatakan perhatian para anggota AISI terhadap penggunaan standar emisi Euro3 dan ambang batas kebisingan pada produk-produk terbarunya.

Penanaman Pohon
Salah satu upaya yang dilakukan anggota AISI dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik adalah dengan penanaman pohon. Pada acara pembukaan Gunadi Sindhuwinata secaar simbolis menyerahkan sebatang pohon kepada setiap anggota AISI untuk diteruskan kepada jaringan pemasaran masing-masing anggota. "Jika setiap pohon mewakili setiap sepeda motor yang dijual di Indonesia, hal ini sudah lebih dari cukup," ujar Gunadi.

Skrining Kanker ala Ubur-ubur

Rabu, 3 November 2010 | 12:42 WIB



 Semakin dini sebuah kanker dideteksi, makin besar peluangnya untuk sembuh. Sayangnya, tidak mudah mendeteksi kanker karena seringkali penyakit ini tidak bergejala hingga sudah mencapai stadium lanjut. Beruntung para ilmuwan berhasil melakukan teknik skrining dengan mempelajari ubur-ubur.

Seperti diketahui, ubur-ubur mampu bercahaya di dalam perairan gelap berkat protein tertentu dalam binatang laut ini. Nah, sel protein yang mampu mengeluarkan cahaya ini kemudian coba dipelajari dan dipakai untuk menandai tumor yang berada di dalam tubuh manusia.

Sel kanker di dalam tubuh manusia cukup sulit dideteksi pada stadium awal. Bahkan teknologi sinar-X sulit menembus jauh ke dalam jaringan, apalagi tulang, sehingga mendiagnosis kanker tulang yang sifatnya mikroskopik agak mustahil dilakukan.

Para ilmuwan dari Inggris, mempelajari protein dalam ubur-ubur yang mampu berpendar. "Yang kami lakukan adalah memasukkan sel protein ubur-ubur ke dalam sel kanker manusia," kata Profesor Norman Maitland.

Dengan kamera khusus, protein itu tampak berpendar saat berinteraksi dengan sel-sel normal sehingga bisa ditemukan di mana sel tumornya bersembunyi. Metode ini dikembangkan dari riset yang dilakukan ilmuwan AS, Roger Tsien yang meraih Nobel karena berhasil memurnikan protein yang membuat ubur-ubur bercahaya.

Riset yang dilakukan Maitland adalah menggunakan virus yang tidak berbahaya dan diset hanya untuk membawa protein masuk ke dalam tumor. Begitu virus ini berkembang biak, protein yang berwarna akan semakin banyak. "Begitu kamera dinyalakan, proteinnya akan mengembang sehingga kita melihat letak sel kankernya. Kami menyebutnya metode ini Virimaging," paparnya.

Ia menambahkan, Virimaging ini memiliki kemampuan 10 kali lebih baik daripada CT Scan dalam hal mendeteksi tumor. Meski demikian, penelitian teknik skrining ini masih dalam tahap awal sehingga belum bisa diterapkan pada pasien. Kita tunggu saja, 5 tahun lagi.

Presiden Disambut Letusan Merapi

Rabu, 3 November 2010 | 08:38 WIB

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Gunung Merapi mengeluarkan awan panas atau wedhus gembel terlihat dari Srunen, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (31/10/2010). Saat keluar mulut gunung suhu awan panas bisa mencapai sekitar 300 - 1.100 derajat Celcius dan memiliki kecepatan luncur hingga 300 kilometer per jam.

YOGYAKARTA, 
Gunung Merapi kembali meletus, Rabu
(3/11/2010) pagi sekitar pukul 08.20. Agus, salah satu petugas pemantau Merapi di Balerate, Dusun Gondang, Kecamatan Kemalang, mengatakan, letusan terjadi satu kali. "Letusan satu kali tetapi cukup besar," ucap dia ketika dihubungi Kompas.com, Rabu.
Dikatakan Agus, awan panas atau whedus gembel yang keluar dari puncak gunung bergerak ke arah Kali Gendol atau arah barat. "Kira-kira bergerak lima kilometer ke arah barat," kata dia.
Pantauan dari barak pengungsian letusan Merapi di Purwobinangun, Pakem, Sleman, DI Yogyakarta, gumpalan awan membubung cukup tinggi. Gumpalan berwarna hitam itu terlihat sekitar 10 menit, lalu menghilang tertiup angin. Letusan itu tepat sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tiba di barak.